Tuesday 28 December 2010

"IBI" Affelay Ternyata Seorang Muslim Sejati

FATWA para ulama di Jerman yang membolehkan para pesepakbola muslim profesional tak berpuasa selama Ramadan ternyata tak menyurutkan keteguhan hati Ibrahim Affelay. Striker PSV Eindhoven ini tetap teguh pada prinsipnya untuk menahan haus, dan lapar dalam kondisi apapun. Bertanding, apalagi berlatih, bagi pria turunan Maroko kelahiran Ultrecht, Belanda 2 April 1986 ini bukan alasan untuk lantas berhenti berpuasa.
Keteguhan iman yang sungguh patut diacungi jempol. Dan hebatnya lagi, sekalipun berpuasa, ia tetap bisa menunjukkan performa hebat dalam setiap pertandingan.
"Saya tahu dan yakini kenapa harus tetap berpuasa. Tak ada seorang pun yang memaksaku untuk berpuasa. Ini keinginan yang timbul dari diri sendiri. Di bulan Ramadan ini, seberat apapun latihan atau pertandingannya, membuatku tetap merasa kuat," ujarnya ujarnya dikutip dari PSV.netwerk.
Affelay tak sendirian. Di liga Belanda tercatat hampir 40 pesepakbola muslim berlaga. Dan sekitar 75% tetap menjalankan ibadah puasa. Hebatnya lagi, rata-rata performa mereka tetap optimal.
Tak percaya? Tengok saja misalnya performa dua pemain Ajax Amsterdam, Mounir El Hamdaoui dan Ismail Aissati. Kendati berpuasa, keduanya tetap garang di depan gawang lawan. Bahkan, Hamdaoui sukses memborong dua gol ke gawang Roda FC dalam liga domestik Belanda akhir pekan lalu.
Karena itulah, Abdul Bari Zamzami, Kepala Asosiasi untuk Riset Yurisprudensi dan Isu Baru di Maroko, berargumentasi pesepakbola sepatutnya dibiarkan berpuasa. "Saya tantang siapa pun yang menentang pesepakbola berpuasa. Sekali mereka harus mencobanya-bermain sepakbola sambil berpuasa. Setelah itu saya ingin dengar pendapatnya," ujarnya.
Affelay memang contoh nyata muslim yang teguh. Sejak kecil, ia telah dididik orang-tuanya untuk konsisten menjalankan rukun Islam. Selalu solat lima waktu, bersedekah, dan puasa di bulan Ramadan.
Ia mengenang saat-saat pertamanya masuk kamp latihan PSV. "Saat Ramadan, teman-teman, dan staf yang non-muslim memintaku untuk makan dan minum menjelang, atau sesudah latihan. Mereka khawatir kesehatanku terganggu. Tapi saya seorang muslim. Bagiku agama adalah nomor satu, dan itu jauh lebih penting dari sepakbola," ujarnya.
Ia bersyukur saat ditempa di PSV dulu mendapat teman sesama muslim hingga bisa saling mengingatkan. Kedua temannya adalah Aaron Kone, serta Aissati. "Kita saling meneguhkan, dan saling mengingatkan untuk terus berpuasa, dan pergi terawih ke mesjid," ujarnya.
Affelay mengatakan, perjuangannya menahan lapar, haus, dan segala bentuk nafsu lainnya selama 30 hari itu akan terbayar di hari Iedul Fitri nanti. "Itulah yang akan menjadi hari kemenanganku. Perjuanganku Insya Allah akan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Itulah kebahagiaan tertinggi dari seorang muslim," ujarnya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...